Wi-Fi. Wi-Fi everywhere.
Sekarang udah nggak jaman yang namanya nongkrong buat nyari gebetan. Sekarang, nongkrong di cafe yang dicari cuma wifi, nongkrong di toko buku juga nyari wifi. Gue suka sama orang yang tiap kali nongkrong pasti nyari wifi, karena mereka adalah orang yang masih percaya kalau jodoh ada di tangan Tuhan.
Termasuk gue sendiri.
Kalau boleh jujur, jaman sekarang siapa sih yang nggak kenal wifi? Mulai dari anak SD yang anunya masih sering kejepit resleting sampai mas-mas mahasiswa tingkat akhir yang sampai sekarang masih jomblo, pasti tahu yang namanya wifi.
Pantesan sampai sekarang gue masih jomblo, karena gue masih suka mainan wifi bukannya mainan cewek. Ah, tapi cowok sejati itu nggak pernah mainin... ah, itu kan cuma kutipan yang suka dishare orang galau di Facebook.
Jadi, pada kesempatan yang penuh rahmat dan hidayah ini kita bakalan sedikit ngobrolin tentang mereka yang suka atau mereka para maniak wifi di kampus-kampus. Semoga para pelaku netcut pantatnya nggak kedutan gara-gara gue lagi ngomongin mereka di sini.
Kalau ada sebutan "tebal muka" buat orang yang nggak tahu malu, mungkin sebutan yang pantas untuk para maniak wifi di kampus yang nggak tahu waktu adalah "tebal pantat".
Pokoknya salut deh buat mereka. Di saat yang lain pada sibuk mempermasalahkan penampilan buat nyari gebetan, mereka tetap sibuk mempermasalahkan IP address guna mendapatkan sambungan Wi-Fi yang memadahi.
Oke, dan inilah mereka. Siapa tahu kalian juga salah satu dari mereka...
1. Pendiem atau penyendiri
Itu anak tadi kemana? |
Wifi-an rasanya nggak enak kalau cuma duduk diem mantengin laptop. Maka dari itu, nancepin headset ke laptop itu perlu. Dan berawal dari nancepnya headset itulah, bermunculan orang-orang dengan bakat terpendam mereka. Bakat apa? Iya, bakat menyanyi.
Kadang ada yang cuma pantomim di mulut doank, kadang ada yang cuma bisik-bisik lirih dan terkadang ada yang sampai teriak-teriak. Dan percayalah, 75% dari orang yang suka nyanyi sambil teriak-teriak itu adalah golongan orang yang harus kalian hindari kalau kalian masih ingin telinga kalian berfungsi dengan normal.
Jujur, kemarin waktu lagu "sakitnya tuh disini" lagi booming, gue pernah sebelahan sama orang yang nyanyi lagu itu dengan badan yang agak menggeliat-menggeliat di atas tempat duduk kayak orang lagi nyawer di acara dangdutan.
3. DDA
Santai, DDA bukan saudaranya GGS. DDA kepanjangannya adalah Diem-Diem Annoying. Jadi, tipe yang kayak gini biasanya pendiem tapi dalam diamnya dia bisa memancarkan aura annoying yang banget.
Orang tipe kayak gini, kalau dia duduk di sebelah kita biasanya dia bakalan duduk agak mepet ke belakang nempel ke sandaran bangku, dengan mata yang terus ngawasin apa yang kita lakuin. Jadi, udah berasa kayak lagi ujian nasional.
FYI, cerita ini tertulis juga dengan kondisi gue lagi dilihatin sama mas-mas yang duduk di samping.
4. Berpantat lebar dan transparan
Kalau para maniak wifi punya sebutan "Tebal Pantat", maka ada satu lagi sebutan khusus buat para maniak wifi yang suka main monopoli bangku, yaitu "Pantat Lebar dan Transparan".
Jadi, orang tipe seperti ini biasanya satu meja bakalan dia pakai sendiri. Walaupun kenyataannya masih ada space kosong yang bisa ditempatin satu orang, tapi dia bakalan tetep bilang kalau mejanya penuh. Entah pakai alasan ada yang nempatin, buat naruh tas, mau dipakai diskusi sama temen atau mungkin alasan kalau dia punya pantat lebar yang bisa menuhin satu bangku tapi kita aja yang nggak bisa lihat, alias pantatnya transparan.
Buat kalian yang suka mesenin tempat duduk buat orang lain, dunia wifi itu keras, coy! Kalau mau dapet tempat ya usaha datang lebih awal, nggak ada yang namanya pesen tempat sama temen.
5. Deadliners
Nah, ini nih yang sukanya main keroyokan, yang sukanya datang gerombolan. Tipe-tipe yang suka ngumpul di satu meja besar untuk mendiskusikan satu hal yang sama. Tipe-tipe yang hidupnya ada di antara status selo dan nggak selo.
Dan di dalam satu kelompok besar tersebut pasti ada perbedaan kasta. Ada kasta yang tugasnya cari materi, ada yang bagian processor alias yang ngerjain, ada yang tukang beli gorengan dan ada pula yang tukang hura-hura.
Dan percayalah, ketika kelompok tersebut sedang gencar-gencarnya ngerjain tugas, pasti ada satu atau dua orang yang kerjaannya cuma buka Facebook dan nggak ngapa-ngapain. Dan ketika salah satu dari anggota kelompok ada yang tanya tentang permasalahan yang ada, orang ini pasti bakalan sok nyambung dengan mengucap "Kenapa? Ada masalah apa? Oh gitu? Hmm"
Dik, kalau udah gede jangan kebanyakan wifi-an ya. Biar nggak dikejar-kejar deadline. |
Nggak cuma kenaikan BBM yang bisa bikin mahasiswa jadi garang, keterbatasan colokan pun juga bisa bikin mahasiswa jadi garang. Ketika baterai laptop kebetulan habis dan colokan yang tersedia tinggal satu, maka muncullah para colokan fighter.
Semoga ke depannya nggak bakalan ada kasus mahasiswa babak belur gara-gara rebutan colokan.
7. Colokan breeder
Ketika para kaum anarkis memilih untuk menjadi colokan fighter, maka di sisi lain para kaum sosialis lebih memilih untuk menjadi colokan breeder alias pengembang biak colokan. Dan gue adalah salah satunya.
Istilah colokan breeder diberikan bagi mereka yang mau berbagi colokan dengan memasang terminal ataupun roll kabel yang mereka bawa. Walaupun terkadang benih-benih colokan yang mereka buat malah terlihat ekstrim dan mengkhawatirkan karena bisa memicu gangguan listrik.
8. Sok kenal dan sok akrab
Pernah ngerasain nggak sih, ketika kalian lagi enak-enaknya wifi-an kemudian tiba-tiba ada orang datang nyamperin kalian, ngajak kenalan, ngajak ngobrol panjang-panjang bahkan curhat?
Tipe yang kayak gini biasanya adalah cewek. Dan gue pernah nemuin tiga di kampus. Tipe seperti ini biasanya cenderung orang yang tingkat percaya dirinya tinggi. Jadi, nggak peduli siapa yang ada di sebelah, dia pasti bakalan ngomong terus ngajak ngobrol seolah-olah kenal akrab.
"Mending langsung pasang headset aja kalau ketemu orang begituan," itu tadi pengakuan salah seorang teman yang pernah jadi korban curhat.
Mahasiswa beginian biasa dijumpai di waktu sore atau malam, sewaktu speed download udah stabil. Karena tipe beginian butuh speed tinggi buat download anime. Begitu animenya udah kedownload semua, dia bakalan masuk ke tahap berikutnya, yaitu tahap nonton sampai jebot sambil ketawa-ketawa sendiri.
Dan ketahuilah, tipe kayak gini kalau nonton anime biasanya nggak pernah pakai headset. Jadi, suara-suara anime yang dia tonton bakalan kedengeran sama orang-orang di sekitar. "Yamete, yamete kudasai onii-chan!" ya kurang lebih begitulah sound effect yang sering gue denger dari mas-mas di sebelah.
10. Pacaran
11. Tukang sampah
Biasanya mereka datang dalam satuan koloni, bisa kelompok belajar, kelompok diskusi, kelompok tugas ataupun anak hima yang mau rapat. Lalu di tengah-tengah koloni tersebut muncullah soft-drink, cemilan, jus dan snack-snack lainnya.
Dan ketika apa yang mereka kerjakan di situ sudah selesai, mereka akan pergi dengan ninggalin sampah di atas meja. Nggak cuma sampah kering, tapi juga sampah basah. Waktu itu gue pernah nemuin meja yang abis dipakai sama anak hima, dan serius itu mejanya penuh sampah. Tisu, bungkus snack, botol dan bahkan ada gelas jus tumpah di atas meja. Njirrr!
Bukannya bergaya sok bersih, tapi dengan membuang sampah pada tempatnya paling tidak kita udah berusaha membantu kerja bapak-bapak cleaning service di kampus. Coba kalian perhatikan, mereka bekerja dari pagi sampai malam. Kalau malam pun mereka kadang harus menunggu kelas yang masih dipakai rapat supaya bisa dibersihkan sesudahnya.
Jangan sekali-kali bilang "Biarin! Toh, mereka juga digaji buat bersih-bersih," oh, you are a total jerk, man.
12. Downloader aka Juragan Film
Tipe yang diem-diem makan bandwidth banyak, karena suka download yang gede-gede. Sekali download bisa sampai 2GB bahkan lebih. Kalau urusan kualitas film, bisa dibagi lagi mejadi 2 tipe, sabar dan nggak sabaran. Yang sabar biasanya mau nunggu sampai ada kualitas bagus, minimal WEB-DL lah kalau kata temen gue yang udah ahli. Dan yang nggak sabaran, film kualitas CAM yang ada gambar orang seliweran sama suara bayi nangis di dalam bioskop pun bakalan dia download, yang penting bisa nonton katanya.
Downloader pro mainnya pakai torrent, yang noob masih pakai IDM. |
13. Gamer
Ini nih yang jadi hobi gue kalau di kampus, ngegame bareng. Tipe yang bisa membuat mini game center di selasar kampus. Tipe yang sering jadi pusat perhatian karena berisik dan rame.
Berawal ketika dua orang bertemu dan salah satu dari mereka bilang "Ngegame yuk! Nge-LAN." kemudian berlanjut dengan jari yang menari di atas keyboard, jari tengah dan telunjuk yang meloncat-loncat di atas mouse kemudian mulut yang berkoar-koar tentang kemenangan dan kesalahan yang diperbuat oleh teman kita.
"Noob! Noob detected! Waa cupu!"
Dan reaksi orang-orang yang lewat pasti "Ini orang pada ngapain sih? Heboh banget."
14. Mahasiswa Tingkat Akhir
Ah udah, nggak perlu ngejelasin panjang-panjang kalau buat tipe yang ini. You know me so well lah...
Jadi, itu tadi sederet cerita yang bisa gue bagi mengenai uniknya para pengguna wifi yang ada di kampus. Dan mungkin salah satunya adalah kalian.
Tiga tahun lebih ngerasain wifi di kampus, ada banyak banget hal yang gue dapat. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah memberi inspirasi, terima kasih juga untuk para mahasiswi adik angkatan yang sering seliweran dan bau parfumnya selalu membawa aura semangat tersendiri bagi kami para mahasiswa tua. "Duh neng, pakai parfumnya dikit aje. Saking nusuknya, abang jadi hafal bau parfum kamu."
Nggak bisa disangkal lagi kalau wifi adalah salah satu alasan kenapa gue ke kampus tiap hari. Jadi, kalau selama ini kalian mengira gue jomblo, kalian salah...
Tulisan kali ini sengaja gue tulis buat ngisi waktu kosong. Jujur beberapa minggu ke belakang sewaktu ke kampus, gue bingung mau ngapain. Mau masuk kelas buat kuliah tapi SKS gue udah penuh, mau bergaya sok ganteng tapi gue nggak ganteng, mau godain adik-adik angkatan tapi gue terlalu pemalu. Mau ngupil rasanya juga tengsin, takut kalau pas waktu ngupil tiba-tiba ada mbak-mbak yang nyamperin dan tanya "Mas, upil satu kilonya berapaan?"
Jadi secara garis besar kerjaan gue cuma duduk di bangku selasar kampus, main Dota2 sama mahasiswa selo lainnya dan wifi-an sampai malem, secara harfiah sampai diusir satpam.
Dan kalau ada alat buat ngukur ketebalan pantat, mungkin pantat gue ukurannya jadi lebih tipis dibanding beberapa minggu sebelumnya.
Dan nggak terhitung berapa sapaan "Hai, mas! Kok masih sering ngampus?" yang gue dapetin.
Dan nggak terhitung berapa sapaan "Hai, mas! Kok masih sering ngampus?" yang gue dapetin.
Oke, karena nganggur di kampus dan mau bikin rusuh di kampus pun pasti nggak dibolehin, akhirnya gue mengisi waktu luang dengan MENGAMATI sekitar dan kalau ada yang unik langsung gue tweet. Sekalian kasih sedikit bumbu biar seru.
Mengamati adik angkatan cewek yang seliweran nggak termasuk.
Jadi, kerjaan sampingan gue di kampus adalah jadi pengamat, atau bahasa kerennya observer. Yang ngerasa satu kampus sama gue, mungkin kalian harus mulai cemas. Karena siapa tau gue pernah mengamati momen ngupil kalian.
Setiap hasil observasi selalu gue kemas dalam bentuk tweet. Tapi, nge-tweet jaman sekarang tidaklah senyaman dulu lagi. Belakangan ini, di twitter sering banget ada yang namanya akun yang ngepromosiin akun lain.
Buat yang belum tahu, akun-akun kayak gitu cara kerjanya mungkin seperti ini: ketika kalian bikin tweet dan di dalam tweet kalian terdapat satu kata yang dijadiin keyword sama si akun promosi, kita ambil contoh "JOMBLO", maka secara otomatis kalian akan dapat mention dari akun tersebut, yang isinya kurang lebih seperti ini...
Yang ngerasa kenal sama akun di atas, tolong jitakin kepalanya sampai botak. |
- Laper.
- Laper dan cuma bisa ngetweet.
- Ngantuk.
- Kangen dia. :(
- Mati lampu.
- Pagi gaess.
- Malem gaess.
- Cepet sembuh ya.
- Sakitnya tuh disini.
- Test.
- Today stats: One follower, No unfollowers and followed 1 people via uapp.ly
Jadi, nggak cuma akun di atas saja yang pernah mention gue tentang akun selebtwit kampret. Ada juga yang begini...
Setelah gue buka akun yang bersangkutan, isinya nggak ada keren-kerennya sama sekali. Dan akhirnya gue bales kayak gini...
Dan bahkan ada yang akunnya hampir mirip sama comic terkenal.
What da fahk? Monyet bisa mainan twitter? Karena penasaran, akhirnya gue coba minta tolong sama itu monyet buat...
Ada juga yang lain, seperti...
Dan gue selalu punya cara buat bales mention dari mereka.
Sengaja nggak gue sensor nama-nama akunnya. Males, bukan akun penting juga.
Dari semua bukti mention yang sudah tertera di atas, 80% dari mereka terpicu oleh keyword "JOMBLO"
Kenapa? Kenapa harus jomblo? Ada apa dengan kata jomblo? Apa jomblo itu menyedihkan banget sampai selalu disaranin buat follow akun-akun kayak gituan?
Sewaktu pertama kali jomblo, kurang lebih 21 tahun yang lalu, gue ngerasa kayak dikasih dua pilihan. Antara ngenes atau bahagia. Dan tentu aja gue milih buat bahagia, walaupun sekarang ketambahan efek samping jadi agak gila.
Intinya nggak semua jomblo itu seneng galau. Malahan yang sering galau itu yang udah punya pacar. Kalau bahasa gaulnya anak Jogja itu "nggerus" atau "ngenes", apalagi yang LDR.
Well, apapun itu gue nggak ngerasain. Selama gue masih bisa tidur nyenyak di rumah dan ngerasain enaknya wifi-an di kampus, jomblo 3 tahun lagi pun gue rela. Serius.
Jadi, buat kalian yang sampai sekarang jodohnya masih belum sampai, mungkin masih nyangkut di tempat orang mungkin ada yang masih terlalu malu buat bertanya kemana arah jalan pulang yang benar, pesan gue cuma satu, jangan kebanyakan galau. Kalau kalian punya waktu lebih buat galau, berarti kalian juga punya waktu lebih buat ngelakuin sesuatu yang lain juga. Misalnya, ngejekin orang pacaran.
Mungkin kalian bisa coba nulis kayak gue. Nggak peduli tulisan kalian bagus atau enggak, yang penting kalian nggak galau. Lagian, nulis kayak gini lebih bermanfaat daripada seharian ngorekin lubang hidung sampai lubangnya muat dimasukkin uang receh lima ratusan.
Mulailah menggali ide, mulailah membuka laptop dan menulis ditemani segelas susu coklat yang hangat. Karena kopi masih terasa terlalu pahit untuk diminum di saat galau.
Beberapa hari kemarin dikarenakan suatu hal, gue terpaksa menggunakan Transjogja sebagai sarana transportasi ke kampus. Bisa dibilang enak, bisa juga dibilang nggak enak. Dan setelah lima hari berdiri pegangan handle di dalam Transjogja, gue pulang membawa dua buah berita, berita baik dan berita buruk.
Berita baiknya, gue jadi punya cerita buat ditulis di blog ini. Dan berita buruknya, lima hari naik Transjogja gue awalnya berharap bakalan jadi magnet buat cewek-cewek cantik, tapi kenyataannya gue malah jadi magnet bagi ibu-ibu dan nenek-nenek.
Sebelumnya, gue mau tanya. Terutama sama kalian yang tinggal di Jogja, udah pernah naik Transjogja belum?
Tinggal di Jogja tapi belum pernah naik Transjogja itu kayak pacaran tapi belum pernah upload foto berdua, nggak wajib sih, tapi kayak udah jadi tradisi.
Ketika pertama kali beroperasi pada bulan Februari tahun 2008, Transjogja bisa dibilang masih mulus banget, semua hampir serba enak. Tapi sekarang sudah banyak yang berubah dari dia, Mulai dari handle yang kendor, pintu yang rusak, AC yang kadang mati kadang hidup dan supir yang kadang bawa busnya kayak bawa mobil yang ngangkut kasur.
Dan inilah cerita kali ini tentang seonggok jomblo di dalam sebuah Transjogja...
Semua ini berawal ketika gue melangkah memasuki halte Transjogja dan berhadapan dengan mas-mas atau mbak-mbak petugas tiket yang akan berwajah sedikit muram apabila kita nggak ngeluarin uang pas buat bayar tiketnya.
Setelah dapat tiket, gue masuk ke halte dan nungguin busnya datang. Momen nunggu ini juga bisa jadi momen paling ngebosenin.
Duduk sendirian, di samping ada orang tapi nggak kenal, mau ngajak kenalan takut disangka agen asuransi yang mau nawarin jasa asuransi. Kalau di depan ada cewek cantik, mau lihat juga nggak enak, takut dikatain "Udah jomblo, jelalatan pula", mau ngajak kenalan tapi lupa bawa nyali.
Sorry, mungkin gue jomblo, tapi gue masih tahu apa itu zina mata. *benerin kacamata*
Terkadang ada momen dimana ketika kita lagi nunggu, tiba-tiba ada orang yang nyapa, entah itu tanya jalur atau tanya jam. Tapi nggak enaknya kalau diajak ngobrol sama ibu-ibu atau nenek-nenek yang bawel.
Pernah waktu itu gue diajak ngobrol sama embah-embah, pertama dia tanya soal jalur kalau mau ke Kotagede, abis itu ngobrolnya tambah panjang mulai dari ngobrolin masa mudanya dulu waktu jualan beras sampai ngobrolin anaknya yang jadi TKI di Malaysia. Untung si nenek nggak cerita tentang masa mudanya dulu waktu diPHP-in sama si kakek.
Karena gue nggak tahu harga beras dan gue nggak tahu soal Malaysia, jadi gue cuma bisa senyum sambil ngangguk-ngangguk.
Duduk di dalam Transjogja tidak semudah yang kalian bayangkan. Sebagai seorang jomblo yang selalu naik Transjogja sendirian, gue selalu merasa kesepian, nggak ada yang bisa diajak ngobrol.
Percayalah, 60% orang yang ada di dalam Transjogja pasti sibuk mainan gadget. Serius.
Dan kalau kalian naik Transjogja, pasti ada yang namanya transit. Yaitu turun di sebuah halte buat ganti bus. Dan gue salah satu mahasiswa penikmat transit.
Karena gue biasa transit di halte bandara, jadi cerita tentang momen transit kali ini bakalan lebih elegan dari momen lainnya.
Transit di bandara otomatis kalian bakalan lebih sering ketemu bule-bule yang baru turun dari pesawat dan nggunain Transjogja sebagai sarana transportasi mereka. Dan terkadang ada bule yang bingung dan bakalan tanya sama kita, nah ini dia yang disebut transit elegan, transit bareng bule.
Nggak cuma ketemu bule, transit di bandara juga punya 65% kemungkinan ketemu cewek cantik. Serius.
Pernah waktu itu gue lagi nunggu bus 3A di bandara dan tiba-tiba ada cewek cantik duduk di sebelah. Kalau dilihat dari mukanya sih masih mahasiswa, anak kedokteran UGM, karena dia bawa buku kedokteran. Gue bingung musti ngapain, dan akhirnya gue memilih buat pura-pura tidur.
Transjogja nggak cuma sarana transportasi yang memungkinkan kita buat ketemu cewek cantik, tapi juga waria dan orang stress.
Pernah waktu itu gue satu bus sama mbak atau mas gue nggak tahu harus manggil apa. Baju mereka sih feminim, lengan terbuka dan paha terbuka, belahan dada juga terbuka (?). Tapi paha dan lengan mereka menunjukkan bahwa hormon testosteron mereka lebih dominan daripada hormon estrogen.
Berkali-kali naik Transjogja, gue selalu bertanya dalam hati "Ada nggak ya orang yang mabuk angkutan waktu naik Transjogja?"
Dan akhirnya, beberapa minggu kemarin pertanyaan gue terjawab. Gue nemuin anak kecil muntah di dalam Transjogja. YES!!!
Dia naik bareng bapak sama ibunya. Untung ibunya bawa tas kresek, jadi anak kecil itu nggak muntah di lantai bus. Dan si bapak cuma bisa ngomelin anaknya "Woo, ndeso! Numpak ngene we muntah", ini serius.
Jadi, begitulah Transjogja. Kadang dia memberi kita tempat duduk, kadang dia membiarkan kita berdiri. Kadang dia memberikan tempat duduk yang enak di samping wanita cantik, kadang dia memberikan tempat duduk di samping orang gemuk.
Duduk di samping orang gemuk itu juga derita tersendiri, apalagi buat cowok kurus kayak gue. Yang terjadi ketika kita duduk di samping orang gemuk adalah orang itu bakalan lebih sering mengangkat pantatnya sambil bergeser-geser ke arah kita, sambil seolah-olah pantatnya berteriak "Aku butuh yang lebih dari ini! Beri aku kebebasan!"
Tapi terkadang, cewek cantik dan seksi pun juga bisa membuat kita merasa terganggu. Pernah waktu itu gue naik Transjogja, begitu masuk gue langsung duduk, kebetulan tempat duduknya tinggal satu dan parahnya gue duduk berseberangan sama mbak-mbak SPG yang pake rok mini.
Kampreeeeett, berdoa apa gue tadi sehabis sholat?!
Dan begitu gue duduk, si mbak langsung duduknya jadi agak miring dan sambil benerin rok.
Ya, begitulah cerita tentang seonggok jomblo di dalam sebuah Transjogja. Ada pahitnya, ada manisnya ada juga absurdnya. Tapi tetep nggak ada jodohnya.
Semoga ke depannya Transjogja bakalan lebih mengerti tentang kebutuhan para jomblo dan nambahin fitur khusus buat para jomblo.
Tempat duduk spesial buat para jomblo.
Jadi, setelah selesai baca-baca, apakah kita pernah berada di dalam satu bus yang sama?
Berhubung postingan yang sebelumnya tentang pemuja rahasia ada sedikit error dan terpaksa dihapus, maka pada kesempatan yang agak terpaksa ini ijinkan gue untuk bercerita ulang mengenai dilema dan dinamika kehidupan seorang pemuja rahasia.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam kehidupan percintaan di Indonesia ada empat oknum pelaku yang mempengaruhi pasang surutnya sebuah kisah cinta, yaitu
Jomblo
Gue. |
Bukan gue |
Bukan gue |
Gue |
Sebelum baca cerita di bawah, ada baiknya kalian pasang headset, buka MP3 player kalian, cari lagunya Sheila On 7 yang judulnya Pemuja Rahasia, kalau nggak punya download dulu, play lagu itu, repeat sampai kalian selesai baca cerita kali ini.
Baiklah, kali ini kita bakalan ngomongin tentang "Pemuja Rahasia". Yang ngerasa lagi jadi secret admirer dan butuh bimbingan boleh merapat, sini bimbingan sama master.
Menurut survey di lapangan, beberapa orang beranggapan kalau jadi pemuja rahasia itu ajib banget. Karena kita bisa mengagumi seseorang secara diam-diam dan mengagumi setiap hal yang ada pada si dia. Seperti,
Wah, dia tangannya dua.
Wah, dia bisa minum pakai sedotan.
Wah, dia kalau ngupil cantik banget.
Dan seolah-olah keajaiban dunia di bumi ini bertambah jadi delapan keajaiban dunia. Iya, tujuh ditambah satu lagi si dia, jadi delapan keajaiban dunia.
Dan siapa bilang kalau cuma mereka yang punya pacar atau LDR yang butuh dana banyak? Secret admirer juga butuh dana yang lumayan gede. Tiap bulan mereka harus beli paket internet. Buat apa? Ya udah pasti buat mengagumi si dia lewat dunia maya.
Begitu tahu kalau si dia ganti foto profil, hati langsung dag dig dug, kemudian langsung nongkrong di akun sosial medianya si dia selama beberapa menit. Iya, mengagumi foto barunya si dia.
"Aduh, walaupun ada upil di bibir kamu, kamu tetep keliatan cantik kok."
Kemudian si pemuja rahasia akan menekan tombol like dan pergi tanpa meninggalkan jejak di kolom komentar.
Secret admirer itu butuh hati lembut dan mental baja. Iya, seorang pemuja rahasia itu harus tegar dan sabar ketika mereka tahu kalau orang yang mereka kagumi sudah punya pacar. Dan kadang kebanyakan dari mereka pasti akan mengeluarkan kata-kata andalan mereka "Cinta nggak harus memiliki, bro!"
Nah, ini yang sering salah. Secret admirer itu tujuannya hanya untuk mengagumi, bukan untuk cari status pacaran. Kalau tujuannya emang pacaran, jangan berkedok sebagai pemuja rahasia. Kalau tujuan kalian mau pacaran, berarti namanya PDKT, bukan secret admirer.
Tapi terkadang, ada momen ketika si pemuja rahasia dan yang dikagumi itu tahu kalau mereka berdua ternyata saling suka. Yeah, go ahead. Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan.
Buat kalian yang punya teman seorang pemuja rahasia, tolong jangan dihina. Yang punya pacar, tolong jangan songong. Karena pemuja rahasia itu lebih mulia daripada kalian yang suka sok romantis sama pacar kalian.
Kita harusnya belajar dari keteguhan dan kekuatan hati mereka. Mereka selalu mencoba untuk ikhlas dan sabar ketika mereka melihat sosok yang mereka kagumi ternyata sudah dalam genggaman orang lain. Mereka selalu mencoba tersenyum walaupun keadaan yang mereka hadapi begitu pahit. Karena mereka sadar, yang mereka lakukan hanyalah sebatas "Secret Admirer", pelaku cinta yang melakukan tugasnya tanpa mengharap balasan.
Yang harus kita ketahui, mengagumi itu mulia kok. Karena kita sama saja mengagumi ciptaan Yang Maha Kuasa. Dengan sadar atau tidak sadar, kita bahagia melihat setiap lekukan di bibirnya. Ya, kita akan selalu bahagia ketika kita melihat senyuman di bibirnya.
Kami para pemuja rahasia selalu belajar mencintai seseorang dalam diam. Tanpa mempermasalahkan dia yang kami puja mengenal kami secara dekat, sekedar mengenal kami atau bahkan tidak mengenal kami sama sekali.
Cinta tak harus memiliki, kedengaran sangat munafik. Karena betapa sulitnya kita mengikhlaskan orang yang kita sayang pergi dengan orang lain, bahagia dengan orang lain sedangkan kita di sini yang amat jelas menyayanginya hanya bisa mendoakan dan ikut bahagia tanpa bisa dicintai.
Buat kalian para pemuja rahasia di luar sana, jangan patah semangat. Karena ketika kalian mencintai seseorang dalam diam, kalian sudah belajar untuk mencintai seseorang dengan hati yang ikhlas.
Seperti yang kita bilang tadi, mengagumi itu adalah sesuatu yang mulia.
Mungkin yang dibilang Sheila On 7 ada benernya juga.
Ku hanya ingin bila kau melihatku kapanpun, dimanapun hatimu kan berkata seperti ini.
Pria inilah yang jatuh hati padamu, pria inilah yang akan selalu memujamu.
Dan biarkan aku jadi pemujamu, jangan pernah hiraukan perasaan hatiku.
Tenanglah tenang pujaan hatiku sayang. Aku takkan sampai hati bila menyentuhmu.
Dan yang terakhir. Ketika kita mendoakannya agar dia bahagia, sama saja kita medoakan diri kita sendiri akan mendapatkan kebahagiaan lebih.
Semoga saja suatu saat nanti, orang yang kita kagumi sadar dan mengetahui adanya seseorang seperti kalian yang tulus memperhatikan suka dukanya.
Ya, semoga kita semua tetap bisa berbahagia. Semoga.
Bukan tulisan galau |
"Bro, teman kita ada yang lagi galau.
Si Jisung lagi galau. Dia mau pindah kost katanya.
Kalau jadi, nanti sore mau angkut-angkut barang.
Kalau kalian nganggur dimohon datang ke kost,
bantuin angkut-angkut barang.
Kita kan sering nongkrong di sini,
ada baiknya kalau kita ikut bantuin pindahan."
Begitulah kira-kira SMS dari Rizky yang gue baca pagi itu. Gue baca SMS itu dengan sedikit penyesalan "Kenapa harus cowok yang SMS pagi-pagi kayak gini? Kenapa?"
Sebenarnya tidak begitu mengejutkan ketika denger kabar kalau Jisung lagi galau. Karena apa? Si Jisung memang mahasiswa yang paling sering punya masalah atau galau di antara kami semua.
Mulai dari dapat nilai C sewaktu responsi cuma gara-gara nekat nulis kata "Celeng" di lembar jawab, kemudian helm baru yang baru dibeli seminggu harus hilang sewaktu ngapel ke tempat gebetan dan yang paling ngenes adalah terlambat menyatakan cinta dan harus (terpaksa) merelakan adik angkatan pujaannya bersanding dengan cowok lain.
FYI, si Jisung sering cerita kalau dia udah move on, tapi kalau ditanya "Kalau dia pengen sama kamu gimana, bro?" pasti jawabnya "Ya mau lah!"
Karena penasaran dan buat mastiin kalau SMS tadi bukan SMS tipu-tipu, akhirnya gue tanya balik ke Rizky.
'Galau kenapa dia? Habis dibully sama Bobi?' tanya gue waktu itu.
FYI, di kost Jisung ada satu orang yang tampangnya sangar. Orangnya berbadan gede, botak, berjenggot, hampir mirip sama Peppy yang sering nongol di tivi. Dan kami menyebutnya sebagai Bobi. Serius.
Dia sering nongkrong di poskamling kost-nya Jisung. Dia biasa nongkrong waktu sore atau malam, biasa nongkrong sama sohib-sohibnya yang kebetulan juga ngekost di satu kompleks. Kompleks kost yang suasananya mirip rumah kontrakan yang ada di film Kungfu Hustle. Ini juga masih serius.
Kalau mereka udah nongkrong di poskamling, percayalah kami yang ada di kamar kost-nya Jisung akan saling tunjuk untuk berangkat ke warung guna memesan makanan ketika lapar mulai melanda.
'Kamu aja, Do. Belum pernah pesen kan?' ucap Ucil.
'Yaelah, aku kemarin udah. Coba tanya si Jisung.' balas gue.
'Kamu aja sana, Gong!' si Jisung gantian nyuruh Ibnu.
'Halah, kamu aja sana mbah. Yang habis jadian.' ucap Ibnu ke Rizky walaupun Rizky nggak jadian.
'Kamu aja gih, Do. Kalau kamu yang pesen, bapaknya pasti seneng.' ucap si Rizky agak absurd.
'Kampret! Sung, berangkat gih!' gue nyuruh Jisung lagi.
'Aku tadi udah pesen, masak iya pesen lagi. Yang lain lah.' si Jisung tetep ngeles.
Dan begitu berulang terus menerus sampai gue nemuin jodoh gue. Dulu sewaktu Aswin masih di Jogja, biasanya dia yang jadi penengah dan pergi pesen makanan, karena dia adalah yang paling nggak tahan laper di antara kami semua.
Kenapa kami harus berselisih tentang siapa yang pergi pesen makanan? Karena semisal mau pergi ke warung harus ngelewatin poskamling tempat nongkrong mereka, dan lewat poskamling sewaktu mereka nongkrong adalah sesuatu yang bener-bener nggak enak.
Setelah mendapat penjelasan dari si Rizky tentang nestapa apa yang menimpa si Jisung, gue akhirnya ngampus. Ya, walaupun Jisung nggak nestapa pun gue juga pasti ngampus. Why not? Wifi kampus sia-sia kalau nggak digunain buat download. Paling-paling cuma digunain buat buka facebook sama mahasiswa lain. BUKA FACEBOOK DAN MAKAN TEMPAT DUDUK.
Singkat cerita gue sampai di kampus. Nggak perlu diceritain gue ke kampus naik apa, di jalan ketemu siapa atau ban motor gue nginjek kotoran apa.
Di kampus gue ketemu Said dan Andika yang ternyata udah nangkring sejak dari tadi pagi. Entah "video" apa saja yang udah mereka download sedari pagi. Langsung aja gue tanya ke Said,
'Id, dapet SMS dari Rizky nggak?'
'Iya dapet, mau ke sana kapan?' tanya Said.
'Ntar agak sorean aja lah. Nungguin Ibnu.' jawab gue.
Akhirnya kami sepakat buat nungguin Ibnu sambil download hal yang bisa didownload.
Cerita punya cerita, ternyata begini ceritanya, cerita tentang kenestapaan yang menimpa Jisung. Ternyata bulan September masa kontrak dia di kost udah habis, dan dia telat bilang sama si empunya kost. Begitu dia datang ke rumah yang punya kost, si bapak kost bilang kalau udah ada pesen dan mau nempatin kost-nya dia. Ya akhirnya mau nggak mau si Jisung harus pindah kost.
Setelah menghabiskan 50GB kuota download, akhirnya Ibnu datang.
'Mau ke tempat Jisung kapan? Katanya barang-barangnya yang mau nempatin kost udah di depan kostnya Jisung.' kata Ibnu sambil cekikikan.
Setelah nungguin Said kelar download sesuatu, akhirnya kami bertiga berangkat ke kost durjana tersebut. Dan ternyata di sana ada si Rizky yang udah nongkrong sedari jam 7 pagi di kost Jisung.
Begitu kami bertiga masuk ke kamar, suasana nestapa bener-bener terasa. Lampu yang semula terang sudah berganti dengan lampu remang-remang, baju yang semula numpuk di pojokan kamar sudah tertata rapi di dalam tas. Sementara si Jisung duduk termenung di samping laptop.
'Ngapain pindah?' tanya Said ke Jisung.
'Ngekost itu bayar, coy. Nggak cuma diem di depan laptop main game.' si Ibnu nambah-nambahin.
Jisung cuma terdiam hampir menitikan air mata dan Rizky mencoba menyeka air mata yang hampir jatuh itu. (¿)
'Si Ucil mana, bro?' tanya gue ke Rizky.
'Dia katanya lagi nganter anak budenya ke pameran komputer.' jawab si Rizky.
Kami berlima pun duduk dan Jisung bercerita tentang kenestapaan yang dia alami juga tentang susahnya cari kost baru yang bakalan dia tempatin.
'Jadi, kapan mau pindahan?' tanya gue ke Jisung.
'Kayaknya Kamis, bro. Nungguin Ciko pulang, Soalnya barang-barangnya dia belum dikemasin.'
FYI, Jisung ngekost satu kamar sama temennya dia yang namanya Ciko. Temen satu kamar tapi beda nasib. Yang satu udah punya pacar dan punya boncengan kalau naik motor, yang satu masih tertahan di lampu merah buat benerin rantai motor yang putus (baca: rantai motor=hati).
'Makasih udah mau dateng ya bro. Ucil tolong dikasih tahu biar ntar nggak kesini. Besok Kamis aja kesini lagi kalau mau bantuin ngangkut barang.' kata Jisung.
Setelah memesan mie dok-dok dan ngobrol-ngobrol, akhirnya kami berempat pulang.
Detik berganti jam, jam berganti hari namun status jomblo gue masih tetap jomblo. Hari itu Kamis, hari di mana Jisung mau pindahan, dan gue udah punya rencana buat ngampus pagi kemudian sorenya mampir ke kost Jisung.
Singkat cerita sore sekitar jam 5 sore gue berangkat dari kampus ke kost Jisung. Begitu gue sampai di kost Jisung, di sana udah ada si Rizky, Jisung dan Ciko lagi beres-beres sambil ngedumel nggak jelas.
'Ha, gimana? Jadi mau ngangkut pakai motor T*ssa apa cari mobil pick up?' Ciko tanya sama Jisung.
'Lah, manut aku.' Jisung cuma bisa ngikut doank.
Dan selama beberapa jam ke depan mereka berdua masih ngeributin soal kendaraan apa yang bakalan mereka gunain buat ngangkut barang-barang mereka.
Sekitar jam 20.00 Ucil datang ke kost Jisung, dengan sejuta cerita tentang profesi barunya "Nganterin keponakan." Sementara si Said nggak bisa dateng dan Ibnu kebetulan lagi ada acara di Jakarta. Jadi yang malam itu stay di kost Jisung cuma gue, Rizky sama Ucil.
Singkat cerita karena bapak supir T*ssa-nya sewaktu ditelpon cuma jawab "ha? ha? ha?" doank dan kelihatan kalau bakalan PHP, akhirnya Ciko keluar buat cari mobil angkutan barang. Dan akhirnya dapat.
Jam 22.30, mobil angkutan barangnya datang, berhenti di depan warung tempat biasa kami memesan mie dok-dok dan magelangan.
Karena mungkin penasaran kenapa ada mobil angkutan barang berhenti di dekat warungnya, bapak yang punya warung akhirnya keluar dan tanya-tanya.
'Mau kemana, mas?' tanya si bapak.
'Mau pindahan pak, pindah di deket kampus.' jawab Jisung.
'Aduh, padahal udah enak-enak di sini, ngapain juga harus pindah? Ya, semoga nggak ada apa-apa ya, semoga kuliahnya cepet kelar.' ucap si bapak dengan nada agak mengharu biru.
'AAAAMIIIIN!!!' jawab kami semua kompak.
Wajar saja semisal si bapak sedih sewaktu tahu si Jisung pindah kost. Karena bisa dibilang kami yang biasa nongkrong di kost Jisung adalah pemegang saham terbesar di warung bapak tersebut. Bahkan si bapak sudah hafal banget apabila salah satu dari kami datang ke warungnya buat pesan makanan, 'Pojok ya, mas?' dan kami cuma bisa tersenyum sambil manggut-manggut.
Mobil angkutan barang pun berjalan menyusuri jalanan malam itu, jalan yang sudah mulai sepi oleh aktivitas. Jisung naik di bak mobil, duduk di atas tumpukan lemari, memakai helm layaknya anak alay yang mau nonton konser dangdut di alun-alun.
Sesampainya di kost baru, kami semua ngebantuin nurunin barang dari mobil ke kamar kost. Begitu masuk ke kamar yang baru, hal yang terlintas di pikiran gue cuma satu, yaitu "KECIL".
Ini gimana nasibnya kalau kami bertujuh mau ngumpul di sini? Masak iya mau ditumpuk berjejer kayak ikan sarden dalam kaleng?
Setelah semua barang diturunin dan dimuat-muatin buat masuk ke kamar dan juga setelah bayar jasa angkutnya, kami mencoba beristirahat dan meluruskan kaki di dalam kamar kost sempit itu.
Gue mencoba mengawali pembicaraan, mencoba memecah keheningan malam kala itu.
'Bro, nggak nyangka ya basecamp kita bakalan pindah ke tempat sempit kayak gini. Akhir dari sebuah kost yang listriknya biadab. Nggak bakalan ada lagi bapak-bapak yang nganterin mie dok-dok 4 porsi dan kebingungan sewaktu mau ngasih kembalian, nggak ada lagi segerombolan om-om dan mas-mas sangar yang kalau mau main kartu harus diawali salam kayak orang mau pengajian dan nggak ada lagi kompleks kost yang suasananya mirip film Kungfu Hustle.'
'Iya, bro. Bener juga.' ucap si Ucil.
'Mungkin beberapa hari ke depan kita bakalan merasa kehilangan. Mungkin ini yang disebut kehilangan sesuatu yang sama sekali tidak pernah kita miliki.' lanjut gue.
'Iya bener juga, bro.' ucap Rizky.
Nggak kerasa jam udah nunjukkin pukul 23.00 tepat. Sesaat gue keinget nasihat dari ibu, 'Anak jomblo nggak boleh pulang malem-malem, ntar jodohnya nggak dateng-dateng.'
*buru-buru pulang dan lupa bikin ending*
*NOTE: tulisan kali ini menggunakan sudut pandang orang pertama, dengan "gue" sebagai tokoh utama. Bukan bermaksud sok gaul, tapi biar ceritanya jadi enak dibaca. Selamat berkhayal.
Kali ini kita nggak bakalan ngomongin masalah-masalah yang berhubungan sama hati yang disakiti, perasaan yang dikhianati ataupun perasaan yang dibohongi. Kali ini ijinkan gue untuk sedikit bercerita tentang sekumpulan orang-orang keren yang pernah gue kenal. Sebut saja mereka Divisi Tribun.
Tempat dimana sekumpulan anak yang mayoritas jomblo dan masih mau tertawa dalam kesendirian yang mereka alami.
Kalau kita mau ngomongin soal Divisi Tribun, otomatis kita juga harus ngomongin soal BlastOut, dan wajib ngomongin soal Keluarga Mahasiswa Klaten yang ada di UGM, namanya Balairung Klaten Association atau Balairung Klass.
Yang pertama, ijinkan gue memperkenalkan Keluarga Mahasiswa Klaten paling solid se-UGM (in my opinion), namanya Balairung Klass atau biasa disingkat Bklass. Classic but awesome, isn't it? Isinya cuma anak-anak Klaten yang kebetulan kuliah di UGM. Tapi percayalah, kalian bisa menciptakan GREAT, OUTSTANDING, AWESOME, INCREDIBLE story di dalam keluarga ini. Percayalah.
Lebaran. Ada banyak hal yang bisa dihubungin sama lebaran. Mulai dari berakhirnya sekuel iklan sirup, arus mudik/balik, baju baru hingga sekumpulan orang yang was-was ketika nanti lebaran ditanya "Udah punya pacar belum?" sama sanak keluarganya.
Tapi percayalah ada satu hal yang selalu dinanti sewaktu lebaran, yaitu duit pesangon (pesangon: biasanya identik dengan uang terakhir yang diberikan sewaktu masa kerja kita habis) lebaran. Entah di tempat kalian disebut apa, tapi di sini gue bakalan nyebut pesangon. Karena siapa tahu itu adalah duit terakhir yang kita terima di waktu lebaran untuk menandai berakhirnya masa jabatan kita sebagai anak kecil. Dan mungkin lebaran berikutnya kita cuma bakalan dapat ucapan 'Yang gede udah nggak dapet ya?' atau malah dapat pertanyaan 'Udah kuliah ya? Kapan lulus? Udah punya pacar?'
Mereka yang membuat Ramadhan kalian lebih berkesan, selain pacar. |
Jadi, ceritanya udah ketemu lagi sama Ramadhan. Seneng kan? Ya pasti seneng. Jadi, udah nge-list masjid yang menu takjilnya enak belum?
Baiklah, karena gue nggak mau kalah sama banner-banner partai, banner capres ataupun baliho iklan semen yang di sepanjang jalan ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa, maka di kesempatan yang berbahagia ini gue juga mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa.
Biar lebih kelihatan keren, ada baiknya gue juga bikin tulisan spesial untuk bulan yang spesial ini. Boleh kan?
Kali ini kita nggak bakalan ngomongin seputar cinta, seputar debat capres ataupun soal foto-foto di sosial media yang ada nomor di sampingnya. Kita bakal ngomongin seputar hal-hal apa yang sering kita temuin kalau Ramadhan tiba.
Nemuin jodoh nggak dihitung.
Sebelum tulisan ini dibuat, sempat ada yang ngomong ke gue, "Mas, kayaknya enak ya jadi mahasiswa tingkat akhir. Kalau ke kampus cuma wifi-an. Gampang banget, nggak ribet."
Yang perlu digarisbawahi dari pernyataan di atas adalah "Wifi-an itu gampang banget"
Yang ngomong kayak gitu mungkin kalau wifi-an kerjaannya cuma buka facebook di pojokan kampus yang sepi orang.
Baiklah, kali ini kita bakalan ngomongin hal-hal apa saja yang bisa bikin wifi-an itu jadi sama complicated-nya sama move on dari masa lalu kita.
Hal pertama yang harus kita ketahui adalah apa itu wifi-an. Wifi-an adalah istilah yang digunakan oleh anak jaman sekarang dalam menamai kegiatan pemakaian wifi secara besar-besaran. Entah itu buat ngepoin orang lain, buat download film atau buat yang enggak-enggak.
Hal pertama yang harus kita ketahui adalah apa itu wifi-an. Wifi-an adalah istilah yang digunakan oleh anak jaman sekarang dalam menamai kegiatan pemakaian wifi secara besar-besaran. Entah itu buat ngepoin orang lain, buat download film atau buat yang enggak-enggak.
Pernahkah kalian memiliki sekumpulan sahabat yang selalu bisa tertawa dan selalu bisa menimbulkan kegilaan dalam situasi apapun? Sahabat yang tahu bagaimana caranya mengejek tanpa harus menyakiti orang yang diejek. Sahabat yang tahu bagaimana caranya tertawa di tengah himpitan deadline tugas kuliah yang semakin menggila.
Sahabat yang tahu bagaimana caranya berlari sambil tertawa ketika kecepatan internet sedang berada pada ambang 0kbps. Dan sahabat yang selalu ada mendampingi kita ketika satpam kampus sudah berkeliling sambil mengatakan "Sudah jam 9 malam, mas. Besok lagi."
Sebut saja mereka Pejuang 0kbps.
Sebelumnya, mungkin ada yang bingung. Kenapa disebut "Pejuang 0kbps"? Baiklah, mungkin kedengaran agak absurd, tapi ini kisah nyata. Kami merupakan sekumpulan mahasiswa yang suka stay hingga malam di kampus. Kadang belajar, kadang ngerjain tugas dan kadang cuma wifi-an. Tapi bisa dibilang 80% dari kegiatan malam kami di kampus hanyalah melakukan pembajakan wifi secara besar-besaran. Kami merupakan pesulap bandwidth yang bisa mengubah 0kbps menjadi 5Mbps yang sangat enak dipandang mata.
Waktu itu tahun kedua kami kuliah. Juga tahun kedua bagi kami para mahasiswa jomblo untuk memperjuangkan dan menentukan apakah di sisa KRS yang kami punya ke depan kami akan tetap menyandang status jomblo atau berpindah ke jenjang yang lebih baik yaitu status cumlaude.
Dan yang namanya tahun kedua kuliah pasti juga bertepatan dengan tahun ajaran baru dan otomatis ada event yang namanya ospek.
Iya, ospek. Event yang katanya bertujuan melatih jiwa kepemimpinan dan pengenalan kampus kepada mahasiswa baru. Tapi seumur-umur, kalau saya kenalan sama orang, saya nggak pernah kenalan sambil ngebentak orang yang diajak kenalan. Ah sudahlah...
Dan bagi saya sendiri yang kala itu menyandang status jomblo (walaupun sampai sekarang juga masih jomblo), mendengar kata ospek berarti mendengar hembusan angin semilir untuk kisah percintaan saya. Dan parahnya, karena berada di lungkungan mahasiswa tahun kedua yang mayoritas jomblo, teman-teman saya pun ternyata mempunyai pemikiran yang sama. 'Ah, lumayan nih. Bisa buat nyari cewek.' itulah yang ada di pikiran mereka.
Dan singkat cerita, saya dan empat orang lainnya mendaftarkan diri sebagai panitia ospek. Tiga orang di ospek jurusan dan dua orang di ospek fakultas.
Tanggal 22 April 2014. Itu Hari Bumi. Sehari sebelumnya, itu Hari Kartini. Hari dimana banyak emak-emak ribut di pagi buta nganterin putra-putrinya buat didandanin di salon. Juga hari dimana pak polisi nggak bakal nilang orang sanggulan yang nggak pakai helm. Dan siangnya kita bisa melihat bedak dan maskara yang udah luntur belepotan bercampur keringat.
Dan entah kebetulan atau enggak, ada satu anak manusia yang numpang eksis setahun sekali di waktu Hari Bumi gara-gara dia lahir barengan sama hari bumi.
22 April 2014 kemarin, alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan raga ini di umur 21 tahun. Umur yang bisa dibilang tua, umur yang nggak bisa habis dibagi 2, umur yang kalau dibagi 3 hasilnya 7.
Ceritanya waktu itu malam Minggu, malam yang konon merupakan malam yang sering diagung-agungkan oleh mereka kaum berpacar dan sering dianggap tabu bagi mereka kaum jomblo. Gue dan beberapa orang rekan sesama gamer sedang mengadakan sebuah acara ngumpul di malam Minggu. Karena sudah hampir sebulan belakangan kami menemukan sebuah game online yang lumayan keren dan sering kami mainkan bersama pada saat-saat tertentu.
Dan ceritanya malam Minggu itu kami hendak mengadakan acara ngegame bareng semalam suntuk. Duit iuran untuk membeli pulsa internet pun sudah terkumpul dan undangan sudah disebar ke beberapa anak, tapi ujung-ujungnya cuma ada beberapa anak saja yang ikut.
WARFRAME |
Judulnya aneh?
Ya, kalian benar. As weird as the writer.
Kali ini kita bakalan ngomongin tentang kaum yang istimewa, kaum mayoritas yang gampang ditemuin di kampus atau di jalan. Kalau di jalan mereka biasanya nggak pernah boncengin orang, alias jok belakang motornya selalu kosong. Kalau di kampus, mereka biasa duduk sendirian atau mangkal bareng jomblo lainnya, menghabiskan waktu dengan melakukan penggunaan wifi secara besar-besaran. Termasuk si penulis.
Ya, kali ini kita bakalan ngomongin tentang jomblo.
Mungkin kalau dilihat dari judul, tulisan kali ini bisa dibilang agak nyentrik dan bisa dibilang promosi. Ah sudahlah, biarkan tulisan ini tetap tertulis.
Buat yang belum tahu apa itu mahasiswa ngelaju, istilah ini mungkin bisa ditujukan buat para mahasiswa yang tidak tinggal di rumah kost. Umumnya mahasiswa ngelaju ini merupakan mahasiswa yang rumahnya relatif dekat dengan kampus. Setiap hari mereka rela menempuh jarak puluhan kilometer demi menggapai cita-cita. Wiiihh...
Atau lebih tepatnya demi menggapai koneksi wifi yang lumayan kencang di kampus.
Dan kebetulan gue sendiri juga mahasiswa ngelaju. Maka dari itu, pada kesempatan yang syahdu karena sering diguyur hujan ini kita bakalan ngomongin sebuah judul yang agak absurd.
FACEBOOK.
Iya, hampir semua orang tahu apa itu Facebook. Ya mungkin ada beberapa yang nggak tahu apa itu Facebook. Tapi coba lihat di sekitar kita, mulai dari bocah SD sampai bapak-bapak yang udah punya anak berkali-kali bisa punya Facebook. Entah itu namanya bisa dibaca atau nggak, yang penting mereka punya Facebook.Baiklah, pada kesempatan kali ini kita bakalan ngomongin seputar tipe-tipe orang yang sering menghiasi home page Facebook kita. Mulai dari yang normal sampai yang absurd. Mungkin kalian juga sering nemuin di homepage Facebook kalian. Kalau ada yang pengen nambahin tipe-tipe baru langsung aja ngisi di kolom komentar.
Baiklah, mari kita mulai penelusuran tentang kejahatan absurd ini. Huehehe *evil smirk*