Waktu itu tahun kedua kami kuliah. Juga tahun kedua bagi kami para mahasiswa jomblo untuk memperjuangkan dan menentukan apakah di sisa KRS yang kami punya ke depan kami akan tetap menyandang status jomblo atau berpindah ke jenjang yang lebih baik yaitu status cumlaude.
Dan yang namanya tahun kedua kuliah pasti juga bertepatan dengan tahun ajaran baru dan otomatis ada event yang namanya ospek.
Iya, ospek. Event yang katanya bertujuan melatih jiwa kepemimpinan dan pengenalan kampus kepada mahasiswa baru. Tapi seumur-umur, kalau saya kenalan sama orang, saya nggak pernah kenalan sambil ngebentak orang yang diajak kenalan. Ah sudahlah...
Dan bagi saya sendiri yang kala itu menyandang status jomblo (walaupun sampai sekarang juga masih jomblo), mendengar kata ospek berarti mendengar hembusan angin semilir untuk kisah percintaan saya. Dan parahnya, karena berada di lungkungan mahasiswa tahun kedua yang mayoritas jomblo, teman-teman saya pun ternyata mempunyai pemikiran yang sama. 'Ah, lumayan nih. Bisa buat nyari cewek.' itulah yang ada di pikiran mereka.
Dan singkat cerita, saya dan empat orang lainnya mendaftarkan diri sebagai panitia ospek. Tiga orang di ospek jurusan dan dua orang di ospek fakultas.
Kebetulan saya diterima sebagai panitia ospek fakultas sebagai pemandu, panitia yang kesempatan cari jodohnya paling gede. Nggak cuma sendirian, waktu itu ada satu teman lain yang ikut keterima jadi pemandu ospek fakultas. Sebut saja dia Jisung.
Pemandu ospek fakultas di kala itu berpasang-pasangan, jadi tiap satu kelompok pemadunya cowok-cewek. Bisa dibilang gambling juga, jadi beruntunglah mereka para cowok yang dapet partner cewek yang cakep ataupun lumayan cakep.
Dan saya bisa dibilang masuk ke dalam kategori lumayan beruntung. Sedangkan Jisung, sebut saja dia masuk ke kategori menengah ke bawah.
Yang namanya jadi pemandu ospek, pasti ada yang namanya ketemuan sama mahasiswa baru yang kita pandu. Hari itu, hari Rabu kalau nggak salah, seluruh pemandu ngadain first gathering dan pembagian tugas sama mabanya masing-masing. Dan kalau boleh jujur, sewaktu pertama kali ketemu mahasiswa yang saya pandu, yang terlihat di wajah mereka kebanyakan adalah kesan takut, terutama yang cewek. Ya mungkin bisa dimaklumi, karena waktu itu saya masih suka ngegondrongin rambut. Padahal sebelum ketemuan sama mereka, saya sudah berusaha maksimal biar rambut gondrong saya waktu itu bisa bikin muka saya mirip sama Adipati Dolken. Tapi apa daya, muka memang kadang tak bisa berbohong.
Sehabis gathering si Jisung cerita tentang banyak hal. Mulai dari partnernya yang sangar, mabanya ada yang nangis gara-gara tasnya hampir hilang hingga cerita kalau ada satu orang maba putri yang kata dia cantik. Dan rupanya ini tanda-tanda bakalan ada yang mau PDKT. Lebih baik kita nggak sebut nama untuk urusan yang satu ini.
Singkat cerita, ospek sudah selesai dan otomatis hubungan antara maba dan pemandunya jadi agak longgar. Semisal ketemu pemandu di kampus, pasti ada saja alasan buat noleh, alasan buat nunduk, alasan buat mainan gadget, alasan buat melipir ngolesin upil ke tembok, dan alasan-alasan kampret lainnya.
Pasca ospek ada yang beda dari Jisung, sebut saja dia lagi bahagia karena agak susah membedakan mana ekspresi bahagia dan tanda-tanda gila.
'Bro, anak maba gue ada yang cantik, berjilbab pula. Masih jomblo sih kayaknya. Enaknya gimana, bro?'
'Ya, kalau lo masih suka cewek lo deketin aja. Ya kalau dia mau. Emang lo yakin kalau dia bakalan respect sama lo?'
'Ya mudah-mudahan nggak salah. Kayaknya dia juga baik kok.'
Semenjak ospek atau lebih tepatnya semenjak mengenal gadis pujaannya itu, bisa dibilang ada sedikit kemajuan di kehidupan Jisung.
Yang semula kalau naik motor selalu pakai helm item yang mirip kacang atom dicat item, tiba-tiba beli helm baru yang agak keren.
Before |
After |
Dan ada beberapa hal lain yang bisa dibilang ada peningkatan semenjak dia kenal sama doi. Misalnya, semenjak kenal doi, si Jisung jadi hati-hati banget kalau naruh handphone. Jadi begitu ada SMS masuk, pokoknya hape harus langsung diambil biar itu SMS nggak dibaca sama orang lain. Dan begitu buka SMS, ada sedikit rona-rona bahagia bercampur gila terpancar di wajahnya.
Juga semenjak kenal sama si doi, jisung jadi sering ngilang dari kampus. Kalau ditanyain sama kita-kita temennya pasti jawabannya cuma ketawa cengengesan.
Pernah di suatu hari dia cerita-cerita kalau habis ngajak jalan si doi.
'Bro, gue habis jalan sama dia.' Si Jisung langsung cerita sewaktu lagi ngumpul bareng.
'Jalan kemana bro? Nyeker?'
'Nggak, cuma nemenin dia ke ***, terus abis itu nemenin dia ke swalayan.'
'Terus?'
'Gue nungguin di parkiran, eh kejatuhan tai burung, bro. Nih.'
Kami mencoba mendekat dan mencium untuk memastikan apa benar itu tai burung atau bukan.
'Wah, iya nih tai burung. Pinter juga burungnya nyari tempat boker.'
'Gue belum yakin, mana gue cium lagi.' Salah satu teman nampaknya agak belum percaya kalau itu tadi tai burung.
'Ah iya, tai burung. Kampret!' Akhirnya dia percaya setelah nyolek tainya pakai tangan.
Perjalanan PDKT Jisung bisa dibilang fine-fine saja dan adem ayem. Hingga suatu hari dia galau.
DIA GALAU.
Sengaja diulang dan di-capslock biar feel-nya kerasa.
Hari itu kalau nggak salah Kamis pagi, dia nggak berangkat kuliah. Karena penasaran, salah satu dari kami mencoba untuk tanya.
'Bro, ngapain nggak masuk?'
'Lagi sakit, bro. Nggak enak badan sama nggak enak hati.'
Dari percakapan pendek tersebut, kami yang sedang berada di dalam kelas menyimpulkan satu hal. Jisung galau.
Dan siangnya kebetulan kami ada praktikum di lab komputer, dan kami mau iseng-iseng buka Facebook dan nyoba nengok seberapa galaunya si Jisung.
Setelah nengok profil facebook Jisung, kami spontan tertawa. Tapi beberapa detik kemudian kami diam dan mengelus dada masing-masing. Kami prihatin dengan kegalauan yang saat itu dialami Jisung.
Ada satu buah status yang kalau itu kami soroti sewaktu membuka facebook Jisung.
'Sepertinya lampu hijau akan segera berganti dengan lampu kuning atau mungkin akan langsung berganti merah.'
Buat kalian yang nggak tahu apa artinya, status di atas merepresentasikan seorang cowok yang hampir kehilangan harapan untuk mendapatkan hati wanita yang dia sukai.
Nyesek.
Usut punya usut, ternyata Jisung punya saingan dalam mendapatkan hati si doi. Dan dia rasa dia bakalan kalah dari segi waktu, keakraban dan lain-lain. Kalau dari segi tampang, Jisung dirasa unggul 10% dari saingannya itu. Karena kalau dilihat-lihat, saingannya itu tipe cowok yang keliatan agak cakep kalau mukanya berada dalam pose-pose tertentu. Karena bisa dilihat dari foto-foto di facebooknya, badan boleh beda gayanya tapi posisi kemiringan kepala dan raut muka hampir sama semua.
Dan kami sebagai teman yang baik, kami mencoba memberi dia semangat.
'Ayolah, bro. Jangan galau, yang namanya cowok itu harus berani nyelesaiin masalah yang dia hadapi.'
'Iya, bro. Jangan terus nggak masuk kuliah kayak gini, inget bapak ibu di rumah.'
'Ya kalau lo masih suka, nggak ada salahnya diperjuangin. Jomblo tua juga berhak memperjuangkan apa yang dia cintai.'
Dan akhirnya si Jisung nggak galau lagi dan mau berusaha lagi walaupun harus berjalan sembari melihat rambu-rambu berwarna kuning. Dia bilang dia bakalan nerima apapun yang dia dapet di ujung kisahnya nanti.
Dan setelah sekitar dua bulan berjuang, akhirnya si Jisung benar-benar terhenti oleh rambu berwarna merah. Si doi yang dia suka kabarnya udah jadian sama orang.
Nyesek.
Jisung akhirnya memilih berjalan ke belakang menghampiri sahabat-sahabatnya yang selalu meneriaki dan memberinya semangat dari belakang. Berjalan ke belakang dengan segenggam perasaan yang masih hangat dan tak sempat diungkapkan kepada seseorang yang sempat ada di hatinya.
Ya, orang bilang kesempatan nggak bakalan datang dua kali. Tapi kita juga perlu waspada, kita nggak tahu apakah kesempatan pertama yang kita dapet itu bener-bener milik kita atau jangan-jangan nanti di tengah jalan bakalan diserobot orang.
Tapi santai, masih banyak ikan di laut.
Eh tapi, walaupun di laut masih banyak ikan, nelayan yang nyari ikan juga masih banyak.
Jadi? Ah sudahlah.
Huehuehuehue... now i know
ReplyDelete