Temenan yuk.
Sering banget kita dengar orang ngomong "Aku itu udah sabar dari dulu, tapi kesabaran aku juga ada batasnya." Emang bener, orang sabar itu ada batasnya. Tapi kalau CINTA? Cinta itu unlimited. :)

So, kalau kesabaran kita terbatas, kenapa nggak kita gunain cinta kita yang unlimited itu buat ngalahin semua amarah yang nggak bisa dikalahin sama rasa sabar kita itu? Teruslah mencintai orang-orang di sekitar kalian dan buat mereka tersenyum. :)
Do Re Mi Fa Sol La Si Do. Begitulah tangga nada, dan nada DO yang jadi nada paling bontot. DO emang paling rendah, paling dasar, paling bawah. Tapi DO tetep vital banget buat sebuah tangga nada yang sempurna.

Jangan pernah kalian ngerasa WORTHLESS, karena Allah Swt. nyiptain kalian semua dengan tujuan. Walaupun kalian nggak sempurna, walaupun kalian kalah jauh dibandingkan yang lain dalam sebuah bidang. Tetep inget kalau kalian itu spesial, limited edition. :)

Nggak akan ada melodi yang sempurna tanpa nada DO. :)

Hi there! Kali ini aku mau sedikit cerita tentang pengalaman beberapa hari kemarin. Tentang cinta, pasti pada suka kan? :D Yang lagi pada galau boleh lah mampir sebentar baca postingan kali ini. Gini ceritanya.

Beberapa hari kemarin waktu naik bus Transjogja aku belajar sesuatu dari kakek nenek yang duduk di samping aku. Si nenek dengan postur badan besar seperti nenek2 kejawen lainnya, juga pakai selendang di bahu. Si kakek pake baju kebaya juga celana kain, peci si kakek yang udah keliatan agak kusam nunjukkin betapa sederhananya mereka. Waktu pertama masuk bus aku nggak begitu merhatiin mereka. Tapi lama2 waktu aku perhatiin ada satu hal yang bikin aku ngerasa iba, si kakek ternyata tunanetra.

Buat ngangetin suasana aku sempet tanya “Mbah, mau kemana sama mbah kakung?” Si nenek njawab, “Ini mas, mau ke malioboro.” Aku agak bingung, trus si nenek ngelanjutin jawabannya “Mau ngajakin mbah kakung jalan2 ke malioboro.” Aku langsung senyum, aku langsung sadar tentang sesuatu.

CINTA, cuma sedikit orang yang bisa ngerti apa itu cinta. Cinta itu nggak cuma tentang perasaan, tapi juga tentang apa yang kita lakukan untuk orang yang kita cintai. Cinta yang membuat si nenek mau nemenin si kakek buat jalan2 ke malioboro, nggak peduli walaupun si kakek punya kekurangan.

Cuma orang yang mau ngeliat kenyataan yang bisa ngerti apa itu cinta, bukan orang yang bisanya cuma mencintai karena fisik yang tampan atau harta yang melimpah.

Nggak ada manusia yang sempurna, maka dari itu Allah Swt menciptakan apa yang disebut CINTA. Biar kita bisa mengerti, memahami & menerima dengan ikhlas ketidaksempurnaan dari orang yang kita cintai atau orang yang mencintai kita.

Itu tadi sedikit cerita, semoga bisa jadi inspirasi buat kalian semua. :)
Aku mungkin bukan kaleng spray yang kokoh dan mengkilap, bukan juga botol plastik yang bening dan bersih. Aku cuma seonggok tanah liat yang dianggap remeh. Tapi aku tetap bangga menjadi tanah liat, tanah liat yang bisa dibentuk menjadi mug kecil.

Meskipun aku hanya sebuah mug kecil, aku tetap berdiri kokoh ketika si kaleng spray meledak atau si botol plastik meleleh ketika dipanaskan dengan api. Aku tetap berdiri kokoh dan menjadi semakin kokoh. Aku bangga menjadi tanah liat yang hebat. Mereka mungkin lebih indah di luar, tapi aku lebih hebat di dalam.

Apa yang terlintas di pikiran kalian jika kalian mendengar kata “Yang Terbaik”? Apa yang akan kalian lakukan untuk mendapatkan title tersebut? Sering kali terlintas di pikiran kita bahwa menjadi yang terbaik itu adalah berhasil mengungguli pesaing-pesaing kita dan menunjukkan pada mereka bahwa kita jauh lebih baik daripada mereka.

Sifat kompetitif memang baik untuk ditanamkan di hati kita untuk memacu usaha kita dalam melampaui apa yang sudah didapatkan oleh kompetitor- kompetitor kita. Tapi apa yang kana kita lakukan seandainya kita gagal untuk menjadi yang terbaik? Apa kalian akan menyalahkan diri kalian sendiri? Menjadi terpuruk? Apa ini yang dinamakan situasi dimana “Jalan Pintas Dianggap Pantas” kemudian segala cara kita legalkan demi mencapai gelar “Yang Terbaik” itu?

Jangan pernah menganggap menjadi yang terbaik itu berarti membanding-bandingkan kita dengan orang lain.  Jika yang kita lakukan hanya membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, kita hanya akan terjebak dalam siklus persaingan dan pengejaran terhadap kompetitor kita yang ingin kita saingi itu. Tidak ada yang mengatakan bahwa persaingan/sifat kompetitif itu dilarang, tapi apakah hidup kita hanya akan kita gunakan untuk berkutat dalam persaingan yang mungkin tidak ada habisnya itu?