Temenan yuk.


Pernahkah kalian memiliki sekumpulan sahabat yang selalu bisa tertawa dan selalu bisa menimbulkan kegilaan dalam situasi apapun? Sahabat yang tahu bagaimana caranya mengejek tanpa harus menyakiti orang yang diejek. Sahabat yang tahu bagaimana caranya tertawa di tengah himpitan deadline tugas kuliah yang semakin menggila.

Sahabat yang tahu bagaimana caranya berlari sambil tertawa ketika kecepatan internet sedang berada pada ambang 0kbps. Dan sahabat yang selalu ada mendampingi kita ketika satpam kampus sudah berkeliling sambil mengatakan "Sudah jam 9 malam, mas. Besok lagi."

Sebut saja mereka Pejuang 0kbps.

Sebelumnya, mungkin ada yang bingung. Kenapa disebut "Pejuang 0kbps"? Baiklah, mungkin kedengaran agak absurd, tapi ini kisah nyata. Kami merupakan sekumpulan mahasiswa yang suka stay hingga malam di kampus. Kadang belajar, kadang ngerjain tugas dan kadang cuma wifi-an. Tapi bisa dibilang 80% dari kegiatan malam kami di kampus hanyalah melakukan pembajakan wifi secara besar-besaran. Kami merupakan pesulap bandwidth yang bisa mengubah 0kbps menjadi 5Mbps yang sangat enak dipandang mata.

Waktu itu tahun kedua kami kuliah. Juga tahun kedua bagi kami para mahasiswa jomblo untuk memperjuangkan dan menentukan apakah di sisa KRS yang kami punya ke depan kami akan tetap menyandang status jomblo atau berpindah ke jenjang yang lebih baik yaitu status cumlaude.

Dan yang namanya tahun kedua kuliah pasti juga bertepatan dengan tahun ajaran baru dan otomatis ada event yang namanya ospek.

Iya, ospek. Event yang katanya bertujuan melatih jiwa kepemimpinan dan pengenalan kampus kepada mahasiswa baru. Tapi seumur-umur, kalau saya kenalan sama orang, saya nggak pernah kenalan sambil ngebentak orang yang diajak kenalan. Ah sudahlah...

Dan bagi saya sendiri yang kala itu menyandang status jomblo (walaupun sampai sekarang juga masih jomblo), mendengar kata ospek berarti mendengar hembusan angin semilir untuk kisah percintaan saya. Dan parahnya, karena berada di lungkungan mahasiswa tahun kedua yang mayoritas jomblo, teman-teman saya pun ternyata mempunyai pemikiran yang sama. 'Ah, lumayan nih. Bisa buat nyari cewek.' itulah yang ada di pikiran mereka.

Dan singkat cerita, saya dan empat orang lainnya mendaftarkan diri sebagai panitia ospek. Tiga orang di ospek jurusan dan dua orang di ospek fakultas.