Musim hujan yang belakangan ini sedang menghantui wilayah Jogja dan sekitarnya terpaksa membuat gue mempelajari ilmu klimatologi dan penerawangan. Maklum, sebagai seorang mahasiswa yang tiap hari harus ngelaju Prambanan-UGM, hujan merupakan momok yang cukup ngeri-ngeri sedap.
Sebelum berangkat kuliah harus liat langit dilanjut bikin penerawangan yang agak absurd. Kalau mendungnya agak ogah-ogahan itu tandanya masih ada harapan buat berangkat tanpa kehujanan. Tapi kalau mendungnya udah rata plus awan mendungnya keliatan diem nggak bergerak, nah itu tandanya bakalan ujan dan ujannya bakalan betah. Serius.
Anak jaman sekarang kalau ngomongin soal gadget emang nggak ada habisnya. Kalau gadget mereka sudah agak jadul, yang merasa anak "gaul" dan "up to date" pasti sudah bingung buat update gadget mereka. Kadang karena terlalu sibuk ngurusin apa yang mereka inginkan, anak-anak muda "mabok gadget" itu lupa buat mensyukuri apa yang sudah mereka miliki.
Beberapa hari kemarin, sebut saja Paijo. Si Paijo terus-terusan ngomel gara-gara hape-nya yang katanya sudah jadul. Padahal kalau dilihat, hape-nya dia yang android itu masih bisa dibilang bagus. Entah apa yang dia ributin, mungkin gara-gara hape-nya yang sepi gegara dia jomblo. Hahaha
Kalau inget si Paijo, saya cuma bisa ketawa sendiri sambil melihat hape N*kia saya yang bahkan lebih jadul dari android-nya si Paijo.
Singkat cerita, sewaktu pulang dari kampus naik motor menyusuri jalan Jogja-Solo yang makin hari makin gila sembari merenung tentang apa yang ada di seharian penuh. Dan tiba-tiba waktu berhenti di lampu merah langsung disuguhin pemandangan yang menginspirasi banget. Ada mas mas yang umurnya sekitar 24 tahun lg boncengan sama temennya. Dan yang saya lihat dari mas itu adalah (maaf) dia tangannya cacat, tangan kanan kiri mulai dari siku ke bawah udah nggak ada, mungkin karena kecelakaan atau bawaan lahir.
Dari situ saya merenung, mas itu tadi jangankan punya hape, megang hape pun mungkin dia nggak bisa. Dan langsung keinget si Paijo yang ngomel-ngomel soal gadget-nya dia yang katanya udah nggak gaul. Bayangin kalau si Paijo jadi mas itu, mungkin dia nggak bakalan ngomel soal gadget-nya.
Kebanyakan orang jadi kurang bersyukur karena mereka sering memfokuskan diri sama apa yang mereka inginkan, bukan apa yang udah mereka miliki. Mungkin si Paijo harus mulai belajar bersyukur sama apa yang udah dia punya. Ya, intinya kita harus sering-sering bersyukur bro!
Beberapa hari kemarin, sebut saja Paijo. Si Paijo terus-terusan ngomel gara-gara hape-nya yang katanya sudah jadul. Padahal kalau dilihat, hape-nya dia yang android itu masih bisa dibilang bagus. Entah apa yang dia ributin, mungkin gara-gara hape-nya yang sepi gegara dia jomblo. Hahaha
Kalau inget si Paijo, saya cuma bisa ketawa sendiri sambil melihat hape N*kia saya yang bahkan lebih jadul dari android-nya si Paijo.
Singkat cerita, sewaktu pulang dari kampus naik motor menyusuri jalan Jogja-Solo yang makin hari makin gila sembari merenung tentang apa yang ada di seharian penuh. Dan tiba-tiba waktu berhenti di lampu merah langsung disuguhin pemandangan yang menginspirasi banget. Ada mas mas yang umurnya sekitar 24 tahun lg boncengan sama temennya. Dan yang saya lihat dari mas itu adalah (maaf) dia tangannya cacat, tangan kanan kiri mulai dari siku ke bawah udah nggak ada, mungkin karena kecelakaan atau bawaan lahir.
Dari situ saya merenung, mas itu tadi jangankan punya hape, megang hape pun mungkin dia nggak bisa. Dan langsung keinget si Paijo yang ngomel-ngomel soal gadget-nya dia yang katanya udah nggak gaul. Bayangin kalau si Paijo jadi mas itu, mungkin dia nggak bakalan ngomel soal gadget-nya.
Kebanyakan orang jadi kurang bersyukur karena mereka sering memfokuskan diri sama apa yang mereka inginkan, bukan apa yang udah mereka miliki. Mungkin si Paijo harus mulai belajar bersyukur sama apa yang udah dia punya. Ya, intinya kita harus sering-sering bersyukur bro!