"Mas, turun portable biologi", ucap gue ke mas pramugara Trans Jogja yang gue naiki.
Di bawah gerimis kota Jogja, petang itu gue melangkah dari belakang fakultas biologi menuju kos Jisung. Sesampainya di kos, gue disambut oleh orang-orang yang ada di dalamnya dengan "Halo! Bocah pengundang hujan sudah datang. Ayo, Do! Serverin main dota."
Semacam sudah menjadi pertanda ketika gue datang atau pergi dari kos Jisung pasti sambil ngundang hujan. Dan semacam sudah menjadi agenda juga bagi kami ketika Jumat malam tiba kami nginep di kos Jisung, kemudian Sabtu pagi kami jogging di GSP.
Seperti biasa kami berempat; Jisung, Ucil, Said dan gue mencoba membuat diri kami senyaman mungkin di kamar kos yang selalu terasa seperti sauna ketika kipas anginnya dimatiin itu.
Malam semakin larut dan jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ucil dan Said masih berkutat dengan gamepad dan skor mereka yang masih 0-0, sementara Jisung udah rebahan di atas kasur setelah jagoannya, MU harus kalah dari jagoan gue, PSG.
Gue yang lagi liyer-liyer di atas kasur sambil nutupin mata pakai tangan tiba-tiba ditabok Jisung.
"Do, cantik ga? Manteb nih", ternyata Jisung lagi mainan aplikasi Tinder.
Gue perhatiin fotonya, "Iya nih, mantab. Coba geser liat fotonya dia yang lain"
Setelah ditap ke samping, tampaklah lembah kematian yang ada di salah satu novel Sherlock Holmes.
"Edyaaaan, belahannya kemana-mana", komentar gue setelah ngeliat foto cewek yang tadi versi tanktop sama hotpant.
"Huehehehe", Jisung langsung ketawa ngekek.
Sementar Ucil yang lagi main PES cuma bisa tanya, "Hoi, pada liat apaan he?"
Karena penasaran, gue akhirnya ikut-ikutan mantengin hapenya Jisung.
Dan beberapa menit ke depan gue jadi semacam penasihat buat Jisung. Waktu gue bilang "Yes", Jisung bakal nge-like, kalau gue bilang "Nope" dia bakal tap ganti cari yang lain.
Ada kalanya gue bilang "Nope" tapi Jisung bilang "Yes", di sini Jisung bakal buka profil cewek tersebut kemudian liat-liat fotonya satu persatu sampai akhirnya dia bilang...
"Ah iya, Do. Ternyata nope"
Malam itu gue nemuin banyak tipe cewek. Mulai dari yang mukanya putih tapi mengkilat kayak abis diolesin minyak, terus ada cewek yang doyan foto close up sambil mamerin kornea matanya yang gede kayak boneka barbie, kemudian ada yang doyan foto sambil nyetir di mobil dan yang terakhir foto sambil pegang barang-barang endorse.
Karena bosan liat cewek-cewek cakep tapi udah ada supirnya, akhirnya gue tinggalin Jisung yang masih mainan Tinder, gue gantian ngeliatin Said sama Ucil yang ternyata rematch setelah City kalah dari Bayern Munich.
Selang beberapa menit, Jisung manggil gue lagi, "Do, kali ini bener-bener mantab. Pas nih"
Gue perhatiin fotonya, cewek berhijab, mukanya kalem, gayanya juga oke macam mbak-mbak mapan yang udah siap dilamar.
"Ada id LINE sama instagramnya juga nih", ucap Jisung.
Dan emang bener, ada id LINE di biodatanya si doi.
Tapi, waktu gue perhatiin di bawahnya si doi nyantumin tulisan "Just for business. Bukan buat kenalan."
Diulang sampai tiga kali.
"Sung, baca tuh. Cuma buat yang mau bisnis", ucap gue ke Jisung.
"Lah, iya ternyata. Terus gimana nih, Do?", tanya Jisung ke gue.
"Ga liat itu? Ampe diulang 3x begitu, paling kalau kamu ngechat dikirain mau endorse barang", balas gue.
Emang miris, dulu kalau nemu instagram atau twitter cewek cantik, skenario terburuknya adalah si doi nulis akun cowoknya terus ditambahin lambang love di bionya.
Tapi semua berubah semenjak harga parfum dan paketan internet naik, juga semenjak endorse jadi tren di kalangan pengguna instagram.
Sering kita lihat wanita-wanita cantik naruh id LINE, path atau bahkan whatsapp di bio instagram mereka. Tapi setelah itu ada embel-embel "Endorse only, bla bla bla"
Please, jangan mencoba nyari id LINE atau instagram di atas. You boys deserve more than that.
...
Sebulan berlalu setelah peristiwa cewek endorse, entah waktu itu hari apa, gue mampir ke kos Jisung. Gue yang lagi makan ayam penyet di depan TV tiba-tiba ditanyain, "Unsoed daerah mana, Do?"
Gue jawab aja, "Purwokerto, emang kenapa?"
"Dapet kenalan dari Tinder nih, anak Unsoed", balas Jisung.
"Udah kenalan? Mana? Coba liat", tanya gue ke Jisung.
Kemudian Jisung nunjukin chat dia sama si doi. Awal yang bagus untuk memulai sebuah PDKT.
Jisung: "Halo"
Cewek: "Haii"
Kemudian gue dikasih liat profilnya doi. Berhubung Tindernya disambungin ke instagram, jadi gue bisa liat foto-fotonya si doi yang ada di instagram.
Si doi manis, berhijab, jago nyanyi kalau gue liat dari fotonya doi yang banyak foto sambil pegang gitar.
Kalau gue pembawa acara Mancing Mania, mungkin gue bakalan nyebut ini "strike".
Gue tipikal cowok yang bakalan ikut seneng kalau ada temen yang seneng. Sama halnya ketika gue tau kalau Jisung udah naikin level PDKT-nya ke level "chatting via LINE"
Ngeliat temen gue yang dulu pernah patah hati, sekarang udah lumayan terhibur setelah nemu seseorang yang baru.
Walaupun beberapa minggu kemudian Jisung cerita kalau si doi udah ga bales chat dia. Dan Ucil juga udah mulai nakut-nakutin dengan ocehan "Udah punya pacar, bro" atau "Besok dibales kok, tapi balesnya sambil bilang 'maaf kak, kemarin hapenya lagi dipinjem pacar' Huahahaha"
"Pastiin aja dulu. Ga usah takut buat tanya single atau taken", ucap gue ke Jisung.
Mari doakan Jisung semoga dia bisa keluar dari brother-zone.
Ah iya, id LINE gue bukan @arifdopratama, gue bukan orang yang simple minded yang bisa dengan mudah bikin id LINE yang sama dengan sosial media yang lain. *melipir*